THE SILENCE GUIDE OR MINDS.
firstly, i would like to thank goopeculiar for letting me translate this fic.
i do not own the story, all copyright belong to goopeculiar on AFF.
maybe there's some mistake on this story so i demand your understanding.
do not copy any of my translations. plagiarism is strictly prohibited.
enjoy the story
Zitao tahu mereka akan segera tiba walaupun ia belum melihat tempat tujuan mereka. Ini karena ia dapat merasakan udara yang kering dan terasa asin di lidahnya, dan juga bau apak air laut yang menggeluyur masuk ke lubang hidungnya dari kaca jendela mobil. Dan tak lama kemudian, ia dapat melihat pemandangan air laut yang menakjubkan di depan mata. Pantai. Lautan.
Disebelahnya, Sehun berjingkat. "Sudah sampai?" gumamnya sembari membuka sebelah matanya untuk menatap Tao.
Zitao menepuk kepalanya pelan. "Sebentar lagi."
"Bangunkan aku kalau kita sudah sampai hotel." Ucap Sehun dan segera setelah itu, ia kembali tidur dengan bersandar pada jok taxi. Zitao menyuruh Sehun untuk lebih baik bersandar pada pundaknya dan karena Sehun terlalu mengantuk untuk berdebat, ia hanya menurut, melekukkan tubuhnya ke arah Zitao. Tersenyum lembut, Zitao menngambil sebuah kertas dari ransel Sehun untuk menutupi matanya. Sinar matahari mulai menerangi kaki langit.
Resort yang mereka tempati adalah sebuah resort yang mahal dan mewah, sebuah gedung putih besar dengan atap yang indah dan juga jendela yang besar. Ditambah lagi, jaraknya tidak terlalu jauh dari pantai. Orang tua Sehunlah yang membayar biaya penginapannya, termasuk biaya tiket pesawat dan uang saku selama mereka menghabiskan waktu disini. Mereka membayar semuanya. Orang tua Sehun sangatlah kaya dan Sehun sudah bilang untuk tidak mengkhawatirkan hal itu. Namun Zitao mengkhawatirkannya. Ia tak suka memanfaatkan uang orang lain, apalagi untuk liburan mewah seperti ini. Namun disinilah mereka, berdiri di depan hotel, dan Zitao mencoba untuk mengabaikan pikirannya. Mereka disini untuk bersenang-senang.
Zitao membiarkan Sehun yang membayar biaya taxinya dan berjalan mendekati Jongin yang sudah keluar terlebih dahulu. Ia terlihat masih mengantuk. "Masih terlalu pagi." Gerutunya saat Zitao mendekatinya, mengalungkan lengannya di pinggang Jongin dan membiarkan dagunya bersandar pada pundak laki-laki itu. "Bisakah aku tidur sepanjang sisa hidupku?"
"Dan kehilangan kesempatan untuk melihat cewek-cewek seksi dengan pakaian renang mini mereka?"
Jongin bergumam. "Benar juga."
"Ambil barang-barangmu, bedebah." Panggil Sehun kemudian mereka segera menyeret kaki mereka menuju bagasi taxi untuk mengambil koper-koper mereka.
Hoodie lusuh Jongin dan juga Celana sobek yang dipakai Zitao mendapat pandangan tidak menyenangkan dari para staff hotel ketika mereka berjalan masuk dan hal tersebut membuat Zitao risih. Namun pandangan tidak menyenangkan tersebut segera berakhir ketika Sehun menyebutkan nama ayahnya. Dalam sekejap mata, seluruh staff hotel segera menuruti segala permintaan mereka dengan berkata, 'ya, tuan, tentu saja, tuan, sebelah sini, tuan.' Lalu seorang pelayan hotel buru-buru membawakan koper mereka. Zitao menahan keinginannya untuk mendengus. "Dasar orang-orang munafik." gerutu Jongin pelan.
Seorang perempuan di belakang meja menyambut mereka dengan penuh senyuman dan semakin merekah walaupun ia pasti mendengar ejekan salah satu dari mereka. Jongin tidak terlalu mencoba untuk bersikap halus saat ini. "Selamat menikmati liburan anda." Ujar perempuan itu. Tak ada satupun dari mereka yang berniat untuk menjawabnya.
Kamar mereka berada di lantai tiga, tampak cerah dan sangat mewah dengan pemandangan pantai yang menakjubkan. Hanya terdapat satu ranjang besar dan untungnya, mereka tak ada masalah dengan berbagi ranjang bersama. Hal pertama yang dilakukan Jongin setelah melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar tersebut adalah merebahkan dirinya di atas ranjang. "Bisakah kita tidur sebentar?" gumamnya. Hoodie yang ia kenakan terangkat ke atas sehingga membuat sebagian punggungnya terekspos. "Selama beberapa jam saja? Aku sangat lelah."
"Kau selalu lelah." Jawab Sehun ketus, kemudian sebuah kuapan keluar dari mulutnya. Ia juga lelah. Mereka berangkat dini hari, dan saat ini masih terlalu dini untuk pergi ke pantai. "Baiklah, cepat geserkan pantatmu." Jongin mengerang protes namun tetap menurut ketika ia menggeser tubuhnya ke ujung ranjang. Sehun berbaring di sebelahnya. Ia menatap Zitao, mengangkat sebelah alisnya. "Ikutan?"
"Tentu." Dengan sedikit usaha dan beberapa kejadian dimana ia hampir terjatuh, Zitao berhasil melepas sepatunya. Ketika ia mendekati ranjang, ia tampak ragu untuk beberapa detik sebelum Sehun menariknya dan menjatuhkan tubuhnya di antara Jongin dan Sehun seolah hal itu bukanlah perkara besar. Zitao bergeliang-geliut sampai ia menemukan posisi yang nyaman.
Jongin merengek. "Berhentilah bergerak, sialan." Ia memukul pundak Zitao lemah kemudian merebahkan lengannya di tubuh Zitao dengan sebuah desahan, menempelkan tubuhnya dengan Zitao seperti yang Sehun lakukan sebelumnya di taxi. Sehun sendiri sudah tertidur, kakinya bertautan dengan kaki Zitao dan lengannya ia letakkan di atas lengan Jongin. Zitao mau tak mau harus mengakui ada perasaan senang yang membuncah dalam dadanya.
Waktu mendekati pukul dua siang ketika Zitao terbangun. Sehun sudah tak ada di sampingnya, namun suara keran yang mengucur entah dari mana menjelaskan dimana ia sekarang. Jongin masih berbaring di ranjang, menautkan tubuhnya pada Zitao layaknya koala sembari menghembuskan nafas berat di leher Zitao. Dan Zitao sendiri, walaupun ia ingin sekali bergerak, namun ia merasa terlalu nyaman untuk melakukannya. "Sebaiknya kita mencari sesuatu untuk dimakan." Ucap Sehun segera setelah ia keluar dari kamar mandi. Ranjang mulai bergoyang ketika ia menjatuhkan dirinya disana dan membuat dua orang lainnya terpental.
"Aku memilih layanan kamar." Jongin bergumam ogah-ogahan dan zitao tersentak. Ia kira Jongin masih tidur.
Sehun mendekat untuk memukul pantat Jongin, membuat laki-laki itu mendengking, dan pegangannya pada Zitao semakin menguat. "Ayolah. Kau tak bisa tinggal disini terus selama liburan kita."
"Apakah itu sebuah tantangan?"
Sehun memutar bola matanya. "Pemalas." Ucapnya, namun ia tak bermaksud menghina, Zitao tahu itu.
Butuh kerja sama dari Zitao dan Sehun untuk membuat Jongin beranjak dari ranjang, namun setelah ia menjejakkan kakinya ke lantai, ia mengikuti mereka dengan rela. Bukan karena Sehun tak memberikannya banyak pilihan, mereka sangat sadar akan hal ini. Mereka menemukan sebuah restoran di tepi pantai dan ketika mereka makan sajian restoran tersebut, mereka berencana untuk pergi ke pantai. "Apa kau yakin ini adalah ide yang bagus dengan kulit sensitifmu itu, Putri Oh?" goda Jongin dengan sengiran malas yang tersungging di bibirnya. "Kau pasti akan terbakar seperti vampire di bawah sinar matahari."
Sehun menyeringai kemudian mengibaskan sebuah roti udang ke muka Jongin. "Diamlah, bedebah. Aku punya sunscreen." Zitao berusaha keras untuk tidak tertawa. Sayangnya, ekspresi mengejek yang dikeluarkan Jongin menular kepada dirinya dan menyebabkan Zitao ikut tertawa. Sehun menyilangkan kedua lengannya sembari mengerutkan bibirnya. "Aku benci kalian berdua."
Jongin menggigit bibir untuk menahan tawanya. Ia menyandangkan salah satu lengannya pada pundak Sehun, menempelkan keningnya ke pelipis Sehun. "Kau sangat imut jika sedang marah."
Muka cemberut Sehun hilang seketika dan segera tergantikan oleh rona merah yang mencuat di pipinya. "Diamlah." Gumamnya malu-malu yang mana membuat Jongin semakin tertawa. Zitao mengalihkan pandangannya dari mereka berdua.
Setelah itu, mereka berjalan kembali ke hotel. Jongin menyandangkan lengannya di pundak mereka berdua ketika mereka berjalan. Zitao melingkarkan salah satu lengannya di pinggang Jongin sebagai balasan. Sehun melirik mereka, namun ia memendam hinaan yang ia ingin lontarkan untuk dirinya sendiri. Setelah mereka sampai di kamar, ketiga laki-laki itu segera mengganti pakaian mereka dengan pakaian pantai. "Oleskan pada punggungku, dan aku akan bergantian mengoleskannya." Pinta Jongin sembari melemparkan sebotol sunscreen ke arah Zitao yang menangkapnya dengan santai.
"Tentu, berbaliklah." Ia menyemprotkan lotion ke telapak tangannya kemudian mengoleskannya pada punggung Jongin, memastikan bahwa lotion tersebut menutupi seluruh punggungnya. Ia membiarkan Jongin bergantian melakukannya setelah itu. Kulitnya tidaklah sesensitif Sehun namun ia tak ingin menanggung resikonya. Ia bukanlah penggemar rasa sakit.
"Kau juga, Oh Sehun." Ucap Jongin ketika ia berbalik menghadap pria yang lebih muda, pria yang sedang duduk di ujung ranjang dengan sunscreen untuk kulit sensitive di tangannya. "Lepas pakaianmu."
Sehun menatap Jongin tajam seolah ia tahu yang terbaik. "Aku tak akan membiarkanmu melakukannya." Ucapnya meremang. "lagipula hal itu tidaklah penting. Aku tak ada niatan untuk melepas pakaianku. Aku bukan orang yang suka pamer badan sepertimu."
Jongin yang tak gentar merangkak mendekati Sehun. Seringainya tak juga lepas dari bibirnya. "Ayolah, kau tak akan tahu apa yang nanti terjadi disana." Sehun tetap menatap Jongin tajam dan seringai Jongin berubah menjadi sebuah senyuman lembut. Ia menarik kerah kemeja Sehun pelan. "Hey, aku hanya ingin menjagamu, okay? Aku tak ingin melihat kau terluka." Sehun menelan ludahnya. Begitu juga Zitao. "Tolonglah?"
Sehun mengeluarkan sebuah desahan seolah-olah hal ini adalah hal paling melelalhkan yang harus dilakukannya. Ia melepas pakaiannya dan terlihat sangat malu, ia menutupi dadanya dengan kedua tangannya. "Ce… Cepatlah. Aku ingin segera pergi ke pantai sebelum terlambat dan semua tempat yang bagus telah diambil." Jongin mulai menyemprotkan sunscreennya dan mengoleskannya pada punggung Sehun. Kali ini ia melakukannya dengan lebih teliti disbanding ketika ia mengoleskannya pada Zitao, membiarkan tangannya menelusuri punggungnya, bahunya, selangkanya dan dadanya. Sehun menengadahkan kepalanya. Matanya terpejam kemudian ia mengeluarkan sebuah ringkihan pelan.
Zitao mengepalkan tangannya, ia merasa seperti seorang pengganggu, seolah-olah ia sedang menyaksikan sesuatu yang tak seharusnya ia lihat. "A.. Aku akan tunggu di luar." Gumamnya.
"Yeah, kita akan menyusul sebentar lagi." Ucap Jongin. Ia tak melepaskan pandangannya dari pekerjaan yang sedang ia lakukan. Zitao mengambil ranselnya dan segera pergi meninggalkan mereka berdua tanpa menoleh kembali.
hai, aku kembali dengan translatean baru. taoris this time. just want to fullfil someone's request so here it is.
reviews are so much love.