ANDERS
Pairing : Kaihun
Genre : Romance (Mungkin)
Length : twoshoot
DEPO LDH
"Myeonie Hyuuuung...mana PR Matematikamu?" Oh Sehun dengan panik mencari-cari keberadaan Joonmyeon teman sekelasnya yang tak terlihat karena tertutup tubuh teman-temannya yang sudah sejak tadi pagi bergerombol di meja namja pintar tersebut.
"Aku tak tahu siapa yang membawa bukuku...cari saja pinjaman yang lain" masih dengan wajah panik ia mengedarkan pandangan berharap ada satu saja temannya selain Joonmyeon yang sudah mengerjakan PR matematika, apalagi bel masuk akan berbunyi satu jam lagi, ia harus cepat.
Namja lain bernama Kim Jongin, tengah berjalan santai menuju kelasnya. Raut masam langsung saja terlihat begitu ia mendapati kelasnya sudah penuh, apalagi disana sudah ada Oh Sehun, orang yang biasanya masuk 10 menit tepat sebelum bel berbunyi. Jongin baru ingat jika Sehun akan selalu berangkat jauuuh lebih pagi dari pada dirinya jika ada PR Matematika, entah kenapa selalu begitu. Seringkali teman-temannya bertanya apa alasan Sehun tak pernah mengerjakan PR Matematika, dan dia dengan santainya berkata "Aku tak suka matematika, aku tak mengerti matematika dan aku tak mau memahaminya. Masih banyak pelajaran lain yang lebih menyenangkan"
Objek yang sedari tadi melintas sejenak di otak Jongin tiba-tiba sudah berdiri di hadapnnya dengan wajah memohon "Aku pinjam PR matematikamu...pliiiiis" semua orang menghentikan kegiatannya mencontek PR Joonmyeon hanya untuk melihat adegan langka seperti ini. Jongin memang pintar, satu tingkat di atas Joonmyeon malah, tapi ia terlalu sangar dan susah di dekati tidak seperti Joonmyeon yang ramah. Tapi ada satu orang yang tak mengenal rasa takut, dialah Oh Sehun. Paling berani, paling tidak peduli, paling sembrono dan paling nekat jika sudah berurusan dengan Kim Jongin, ia berpikir bahwa Jongin juga manusia, kenapa harus takut dengannya, ia siswa biasakan? Bukan dewa?
Dengan santai Jongin mengambil buku dari dalam tas ranselnya dan memberikannya pada Sehun. Senyum Sehun langsung terkembang sambil menatap kagum pada buku Jongin yang rapi.
"Tak ada yang boleh meminjam buku PR Jongin selain aku" teriak Sehun sombong begitu mendapatkan contekan yang ke akuratannya bisa dipastikan 99%. Teman-temannya hanya bisa menatap iri karena Sehun bisa menguasai contekan sendirian tanpa diganggu, lagipula mereka juga tak berani meminjam buku Kim Jongin.
Sebenarnya teman-teman sekelas Sehun tak ada yang mengerti dari mana sebenarnya mahluk bernama Oh Sehun itu muncul, sebagai seorang siswa High School ia terlalu cuek ,melakukan hal semau-maunya tapi tak pernah melanggar aturan sekolah, bukan akrena ia anak kepala sekolah, hanya saja ia bisa menutupi semua perbuatan nakalanya dengan rapi...anak bandel yang setengah-setengah mungkin. Hidupnya seperti tanpa beban, selalu bahagia, sekalipun bersedih itu tak akan berlangsung lama, tipe orang yang menyelsaikan masalahnya dengan cepat dan melupakan masalah trsebut dengan cepat juga.
Ketika pelajaran ke-3 kosong karena songsaenim yang mengajar entah kemana dan memberikan berlembar-lembar tugas Matematika. Oh...iya, Sehun cukup menyesal karena ia sudah bangun lebih pagi dan mengerjakan PR (Mencontek maksudnya) dengan susah payah, jadi sekarang ia balas dendam tak mau mengerjakan tugas berniat mencontek saja pekerjaan Joonmyeon atau tidak pekerjaan Jongin.
Jongin memandang keluar jendela tepat pada Sehun yang dengan seenaknya ikut bermain Volly di kelas lain yang sedang berolahraga, tubuhnya terlihat paling mencolok karena diantara siswa yang memakai seragam olahraga, hanya dia yang masih memakai seragam, gerutuan-gerutuan kecil terdengar dari siswa-siswa yang memprotes keberadaan Sehun yang seenaknya.
"Ayolah Baekhyuniieee...kau duduk saja di pinggir lapangan dan aku akan menggantikanmu bermain Volly, aku sedang Bad Mood karena tugas Matematika yang saaaangat banyak, aku butuh refreshing" meskipun wajahnya terlihat tak senang tapi sebenarnya Baekhyun bersorak dalam hati karena ada yang mau menggantikannya, jadi ia tak perlu berkeringat. Acting...akting
"Baiklah...tapi kau harus memenangkan kelompokku" Sehun tersenyum limajari karena terlalu senang dan segera bergegas mengambil bola yang tergeletak di pinggir lapangan
"Ayo Mulaaaaai" teriakkan Sehun yang penuh semangat tadi terdengar hingga Jongin hanya tersenyum mengejak dan melanjutkkan pekerjaannya.
Bel istirahat berbunyi dan Sehun bergegas berlari ke kantin, membeli beberapa makanan dan segera kembali ke kelas dengan tangan penuh. Ia dengan bodohnya hanya menatap teman-temannya yang sedang mengumpulkan tugas matematika di meja ketua kelas, Sehun perlahan mendekati Jongin yang hendak pergi dari bangkunya.
"Aku pinjam tugas matematikamu...hehehe"
"Kalau aku bilang tidak boleh?" wajah Sehun berubah muram, padahal tadi dengan pe-de nya ia meminjam tugas Jongin, berharap kebaikan Jongin yang tadi pagi masih tersisa.
"Jadi tidak boleh yaaaah...?" Sehun berbalik sambil menundukkan kepala, tak tahu bahwa Jongin hanya menggodanya. sesaat kemudian ia berteriak kencang "Kim Jongin peliiiiiit..." dan Sehun langsung memasang Puppy eyes di depan Joonmyeon agar ia diberi contekan, Joonmyeon hanya mengangguk mengiyakan permintaan Sehun "Kau yang terbaik Hyuuung...tidak seperti seseorang" ketika mengatakan 'Seseorang' ia melirik ke arah Jongin, yang dilihat hanya memalingkan muka sambil terus berlalu keluar kelas, membuat Sehun sedikit kesal karena diabaikan.
...
"Kenapa kau masih disini? Padahal aku sedang malas melihatmu" kalau kesal melihat Jongin, kenapa ia tak pergi saja? Malah mendekati jendela kelas dan memandang keluar.
"Kalau begitu pulang saja!" Sehun memandang kecut ke arah Jongin yang masih sibuk dengan buku catatannya.
"Aku tak membawa payuuung...lagipula aku sedang malas, di apartement nanti aku sendirian lagi" tak ada balasan karena Jongin lebih mementingkan buku catatannya dari pada menanggapi hal yang tidak penting "Aishhh...kau mengabaikanku, aku paling tidak suka diabaikan" Sehun menjauh dari jendela, mengambil tas ranselnya dan berjalan menuju pintu. Ia tak suka keadaan yang terlalu hening, 30 menit ia sendirian tanpa teman mungkin ia akan stress, dan saat bersama Jongin ia merasakan hal tersebut, jadi ia memilih untuk pulang.
"Bukankah kau tak membawa payung?" Sehun berbalik dan mengurungkan niatnya membuka pintu kelas. Ciiih...memangnya dia mau memberiku tumpangan untuk pulang? Geram Sehun dalam hati.
"Ayo kita pulang! Aku kebetulan membawa payung" baiklah...Oh Sehun sedang dibuat tak berkutik dengan perkataan Jongin barusan, heeeei...ini bukan hal yang biasa mengingat Kim Jongin adalah orang yang kurang ramah, tapi ia tetap punya banyak teman mengingat ia cukup populer di kalangan siswa.
"Kau memberiku tumpangan?" tanyanya tak percaya
"Kalau kau tak mau, ya sudah, aku pulang duluan" lagi-lagi Sehun hanya bisa membalas dengan senyuman yang amat tulus, seperti biasa.
Pada akhirnya Jongin mengetahui apartement Sehun yang hanya dihuninya sendiri itu, terasa amat sepi ketika hujan turun seperti ini, Sehun sering mengeluh karena keadaan yang sepi. Sebagai rasa terimakasihnya pada Jongin, ia memaksa agar namja tampan dan pendiam itu berhenti untuk bermain sebentar, meskipun hanya sebuah tipuan karena sebenarnya Sehun membutuhkan seorang teman saat ini tapi Jongin menyutujui dan dirinya sudah terlihat duduk di atas sofa warna cream itu.
"Aku hanya punya ini" di hadapan Jongin kini sudah terhidang sebuah kopi panas instan yang dibuatkan Sehun khusus untuknya, dan dua buah toples makanan kecil "Biasanya aku akan bermain dulu dan pulang saat hari hampir malam" ucapnya tiba-tiba setelah duduk tepat disamping Jongin hingga bahu mereka saling menempel "karena aku tak suka sendirian, aku suka suasana yang ramai dan bahagia"
"Maka dari itu aku tak menyukaimu, kau terlalu pendiam...lebih jantanlah sedikit" meskipun hanya sebuah candaan, tak ayal Jongin sempat tersentak karena ada orang yang sejujur Sehun, mengatakan tak suka tepat di depan orangnya, apa ia tak berpikir bahwa orang tersebut akan marah? Sehun bukan orang yang suka berpikir panjang rupanya.
Sepanjang apapun Sehun bercerita Jongin akan diam mendengarkan tanpa merspon, senyaman apapun perasaan Sehun karena di sore yang hujan ini ia memiliki seorang teman, pada akhirnya Jongin harus tetap pulang juga. Ketika Jongin pamit, Sehun hanya bisa memasang wajah cemberut dan berkali-kali merengek seperti bayi agar Jongin menginap saja di rumahnya.
...
"Aku tidak terimaaaaa" teriak banyak siswa ketika melihat papan hasil tengah semester yang sudah di pajang dengan rapi di madding kelas masing-masing
"Aku sungguh tak percaya bahwa Sehun berada di peringkat ke tiga, ini tak adil...padahal dia tak bisa matematika dan tak pernah mengerjakan PR matematika" Sahut siswa yang lain, yang terlihat amat geram begitu melihat objek yang dibicarakan tengah asyik membaca komik tanpa ada niatan melihat papan pengumuman
"Kalian lupa kalau Sehun menguasai hampir semua mata pelajaran, apalagi tentang sejarah dan gerografi? Ia hanya lemah di Matematika" Suho memang teman yang baik, selalu melihat semuanya dari segala sisi. Tapi ia diam-diam juga cukup kaget ketika melihat Sehun berada di peringkat tiga tepat dibawahnya.
"Hei...Taehyung! siapa yang berada di peringkat pertama?" teriak Sehun dari bangkunya ,ia menyempatkan diri bertanya sebelum membaca komik Chapter selanjutnya.
"Kim Jongin...kedua Suho Hyung, dan ketiga Oh Sehun yang bodoh"
"Jadi bukan aku yang ada diperingkat pertama?" semua teman-teman sekelasnya semakin kesal karena keluhan yang baru dilontarkan Sehun, bocah itu memang tak sadar diri atau bagaimana pikir Taehyung dan yang lain. Sehun hanya menggoda kawan-kawannya, ia tahu jika kemampuannya memang tak mencukupi jika harus meraih juara satu dan bersaing melawan Jongin serta Suho, ia cukup senang mendapatkan peringkat 3 meski ia tak pernah berharap mendapatkan peringkat sampai setinggi itu.
Sehun menyukai semua pelajaran kecuali matematika dan kawan-kawannya yaitu fisika dan kimia, tapi ia bisa disemua mata pelajaran lain, bahkan nilainya pernah paling tinggi dalam pelajaran sejarah mengalahkan Suho dan Jongin, tapi ia tak ambil pusing dengan keluhan teman-temannya yang kebanyakan tak terima. Semua orang tak pernah tahu bahwa setiap malam Sehun selalu belajar dan mengerjakan soal-soal yang bahkan belum disuruh untuk mengerjakan, ia selalu berpikir bahwa hal tersebut hanya untuk membuang rasa bosannya karena tinggal di apartement sendirian, lagipula ia juga tak berani pulang lewat jam 12 malam jika pergi bermain, ia masih tahu diri dan masih ingin hidup tenang tanpa di rampok atau dibunuh ketika melewati gang sepi.
Diam-diam Jongin tersenyum di balik buku matematikanya karena mendengar teriakan demi teriakan yang di sebabkan oleh Sehun, Suho sempat tertegun begitu melihat Kim Jongin tersenyum, memangnya ada yang lucu dengan soal matematika yang ada di buku tersebut. Kecuali Sehun yang membacanya dan ia akan terbahak sangat keras baru Suho percaya.
Pernah suatu kali Sehun tertawa di tengah mengerjakan soal matematika yang begitu sulit, ketika Taehyung bertanya Sehun dengan susah payah menjawab "Sungguh bodoh, memangnya siapa yang mau menghitung jarak tempuh seperti ini, jika sudah waktunya sampai ya sampai tak perlu dihitung-hitung juga, membuat repotkan?"
"Waaaah Suho hyung dan Jongin memang pintar...kalian hebaaaat, aku beruntuuung mempunyai teman sepintar kalian" teriakan Sehun barusan membuat lamunan Suho buyar seketika.
...
Di malam yang rupanya tak hujan itu, Sehun memilih keluar sendirian setelah ajakannya pada Baekhyun, Suho Hyung, dan Taehyung di tolak mentah-mentah dengan alasan mengerjakan PR matematika yang sangaaaaat sulit. Jelas saja Sehun langsung Bad Mood mendengar alasan teman-temannya itu, ia tak mungkin ikut mengerjakan PR di rumah Suho sedangkan ia tak mengerti sedikitpun tentang matematika, ia sudah mengontak Suho agar ia berangkat lebih pagi dan Sehun bisa mencontek PR matematika-nya, salah satu usaha seorang Oh Sehun.
Ia hanya berputar-putar keliling Kota dengan berjalan kaki hingga waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 malam. Tapi Bukannya pulang, Sehun malah menghampiri kerumunan yang ada di dekat taman air mancur. Lamat-lamat sebuah alunan musik terdengar begitu Sehun semakin mendekat, karena kerumunan sangat sulit di tembus jadi ia memilih naik ke salah satu bangku taman dan pada saat itu juga ia tak bisa mengalihkan pandangan matanya dari seseorang yang tengah meliuk-liukkan badannya di tengah sana, mungkin karena menjadi pusat perhatian hingga si objek yang terus diamati Sehun itu tak pernah menghilangkan senyumannya.
Kerumunan mulai menghilang sedikit demi sedikit karena hari sudah beranjak sangat malam, tapi seseorang dengan wajah bodohnya masih setia duduk di bangku yang tadi ia naiki, menunggu orang yang ia kenal agar memperhatikan keberadaanya. Bahkan para penari tadi juga mulai meninggalkan taman, tinggal seseorang disana yang tengah sibuk mengelap kringat.
"Aku tak tahu jika kau bisa menari seperti itu" jantung Kim Jongin hampir saja meloncat dari tempatnya. Ya...namja yang sedari tadi di perhatikan Sehun adalah Jongin. Jongin mengira sudah tidak ada siapapun disana, dan ia hampir lari begitu mendengar sebuah suara menyapa gendang telinganya.
Namun yang membuat Sehun tertegun adalah kenyataan bahwa Jongin mengabaikan perkataanya dan mengabaikannya karena pemuda tampan itu sudah berlalu pergi. Sehun bukan orang yang senang diabaikan hingga ia berusaha menarik perhatian Jongin dengan meneriakkan namanya berkali-kali.
"Arkhhh rampooook" Jongin yang tadinya berjalan meninggalkan Sehun akhirnya berbalik karena mengenali suara barusan. Saat ia berbalik ia tak menemukan siapapun di tempat Sehun terduduk, wajahnya terlihat panik dan mtanya bergerak cepat mencari keberadaan teman sekelasnya.
"Kau mencariku?" Sehun bergitu saja muncul dari balik pohon besar dengan keadaan baik-baik saja tanpa ada orang lain yang berwajah seperti perampok di sampingnya. Entah kenapa pemuda bermarga Kim itu terlihat lega begitu melihat Sehun tak di rampok seperti teriakannya tadi.
"Kau pikir itu hal yang lucu?" Jongin terlihat sedikit geram setelah melihat wajah Sehun yang tersenyum tepat dihadapannya "Jangan melakukan hal-hal yang bodoh! Aku tak tahu bagaimana caranya kau bisa mendapat peringkat tiga di kelas" setelah itu Jongin benar-benar pergi meninggalkan Sehun sendirian, bahkan ia berlari tanpa menengok sedikitpun pada namja yang terlihat menyesal karena telah membohongi temannya.
...
Bahkan Sehun menginkari janjinya pada Suho pagi ini, kemarin ia menyuruh Suho agar berangkat pagi agar Sehun bisa menvontek PR matematikanya, tapi sampai kelas penuh pun Sehun belum terlihat sama sekali. Mungkin Suho memang teman yang baik hingga ia benar-benar khawatir jika Sehun telat dan tak akan sempat mencontek PR matematikannya.
Sepuluh menit sebelum bel masuk Sehun baru terlihat memasuki kelas dengan keadaan yang cukup buruk, semua orang tahu bahwa jika sudah seperti ini maka Sehun tidak dalam keadaan yang baik-baik saja. Namja yang selalu terlihat ceria itu terlihat aneh karena hari ini ia tak menampakkan senyumnya, di tambah lagi tak ada wajah panik karena belum mengerjakan PR. Temannya ada yang sempat berpikiran bahwa mungkin Sehun sudah mengerjakan PR matematikannya, tapi pemikiran tersebut segera di tepis jauh-jauh mengingat Sehun tak bisa matematika sama sekali kecuali perkalian, penambahan, pengurangan dan pembagian.
"Kau tak ingin melihat pekerjaanku?" Tanya Suho lembut, dan Sehun hanya menggelengkan kepala lalu merebahkan kepalanya di atas bangku "Apa kau sudah mengerjakannya di rumah?" pemikiran mustahil itu ternyata sempat terpikirkan oleh Suho hingga ia menanyaakannya. Tapi pada kenyataanya Sehun menjawab dengan tegas.
"Mana mungkin aku sudah mengerjakannya" dan gelak tawa di kelas tersebut mengundang banyak Tanya dari orang-orang yang lewat, kecuali satu orang yang sedari tadi sibuk dengan handphonenya, meskipun ia sesekali mencuri dengar percakapan Suho dan Sehun.
Suasana berubah hening ketika Songsaenim masuk ke dalam kelas, mungkin kali ini riwayat Sehun akan tamat setelah sekian lama ia berhasil selamat dari guru matematika yang sangat menjengkelkan karena selalu mencontek pekerjaan teman-temannya.
"Siapa yang belum mengerjakan PR" semua orang langsung menatap Sehun sambil menelan ludah masing-masing dengan susah payah, teman-temannya sangat baik karena mengkhawatirkan keadaan Sehun setelah ini. Dengan wajah malas Sehun mengangkat tangannya "Kau Oh Sehun, kerjakan soal nomor satu dan dua"
"Saem, aku menyerah. Lebih baik kau menghukumku mencabuti rumput atau berlari keliling lapangan" Sehun benar-benar menyerah untuk hukuman yang satu itu, apapun hukumannya pasti ia akan terima keculai disuruh mengerjakan soal tak akan bisa ia selesaikan barang satu nomor saja.
"Tidak...kau kerjakan PR-nya, Jongin akan membantu menyelsaikannya dan membuatmu paham" ini lebih celaka lagi, Sehun mendadak Blank dengan apa yang akan ia ucapkan, ia masih agak risih karena sepertinya Jongin masih marah padanya dan itu membuatnya amat.
"Kenapa tidak dengan Suho Hyung saja?"
"Kau terlalu banyak menawar. Cepat pindahkan kursimu di sebelah Jongin" meskipun ia merasa amat tidak nyaman dengan situasi ini tapi ia harus menuruti perintah Saemnya, atau ia akan di hokum mengerjakan semua soal matematika yang ada, dan itu akan menjadi hal jauh lebih buruk dari pada duduk bersama Jongin mengerjakan soal matematika, setidaknya Jongin pintar dalam hal ini.
Dimulai dari soal pertama, Sehun mengulang menulis soalnya di buku tulis setelah itu berhenti, ia tak tahu harus mengapakan angka-angka tersebut hingga berakhir dengan jawaban yang benar. Mungkin soal kedua lebih mudah hingga Sehun langsung menulis angka dua dan mungulang menulis soal lagi dan berhenti disana, ia ingin sekali berteriak tapi ia tak bisa berkutik di sebelah Jongin. Sehun yang biasanya tak tahu malu kini berusaha mati-matian menjaga image agar Jongin tak bertambah marah padanya.
"Bodoh!" ucapan Jongin membuat Sehun cemberut, ia tahu bahwa ia saaaaangat bodoh dalam bidang matematika, tapi bukan berarti ia bisa di hina seperti itu juga. Sehun menulis sesuatu di buku yang seharusnya berisi soal-soal mateka yang harus segera ia selesaikan, karena merasa curiga dengan keadaan Sehun yang tiba-tiba menulis sesuastu di bukunya Jongin melirik sekilas. Ia menghela nafas berat begitu hal yang ada di pikirannya tentang Sehun yang mulai lancar mengerjakan buyar seketika, anak itu sungguh bodoh, itulah pikiran Jongin.
Sebodoh apapun aku, bukan berarti kau boleh menghinaku seperti itu.
Tulis Sehun dibukunya, dan ia mengarahkannya tepat di depan meja Jongin.
Kerjakan saja tugasmu!
Balas Jongin tepat di bawah tulisan Sehun. Sehun yang sudah tak sabar segera menarik bukunya dan menuliskan sesuatu disana. Songsaenim yang melihatnya hanya tersenyum dari mejanya, mengira bahwa Sehun sangat serius mengerjakan tugas-tugas yang ia berikan.
Kau sudah tak marah lagi padaku?
Jongin berbalik dan menatap Sehun cukup lama, membuat perasaan Sehun tak nyaman, tatapan membuat dirinya risih dan malu, apalagi jantungnya yang tiba-tiba berdetak lebih cepat serta nafas yang tiba-tiba sulit di keluarkan. Namun ia sadar bahawa tatapan Jongin begitu mengintimidasi
Ternyata kau masih marah padaku
"Kau sudah selesai Oh Sehun?" teriakkan Saem di depan membuat Sehun terkejut, ia bahkan belum menjawab satu soal pun
"Belum Saem, baru beberapa nomer" pembohong. Jongin terlihat sangat tak sabaran dengan kelakuan Sehun yang sedari tadi belum mengerjakan apapun, ini pasti akan lama. Jadi ia memilih menarik buku Sehun, membalik halaman yang masih bersih lalu menuliskan semua soal beserta jawabannya. Tentu saja Sehun terkejut, tapi disaat yang sama ia tersenyum bahagia, Jongin membantunya mengerjakan soal-soal yang tak akan pernah bisa ia selesaikan. Dan untuk mengelabui Saem-nya ia menarik buku Jongin dan mencoret-coret sesuatu disana.
Bel istirahat sudah berbunyi dan soal-sola milik Sehun yang dikerjakan Jongin sudah selesai, bahkan buku milik Sehun sudah tertumpuk rapi dengan tugas teman-teman lainnya di meja depan kelas. Begitu ia menoleh ke samping, ternyata Jongin sudah tak berada disampingnya karena pemuda tampan itu sudah berjalan menuju pintu keluar.
Dengan cepat Sehun berlari dan menahan lengan Jongin, niatnya untuk mengajak Kim Jongin ke kantin bersama, itupun kalau Jongin mau.
"Tunggu sebentar! Aku ikut" Jongin memilih tak mendengarkannya dan memilih terus berjalan. Sehun yang tak tahanpun akhirnya menarik lengan hingga Jongin berbalik
CUP
Sehun benar-benar nekat mencium Jongin di depan teman-temannya, ini bukan hal yang tidak di sengaja karena dari awal Sehun memang berniat mencium Jongin untuk menghentikan langkah pemuda tersebut, dan berakhirlah dengan Jongin yang mendorong Sehun hingga namja putih tersebut jatuh ke lantai.
"Apa maumu Oh Sehun? Aku membiarkanmu berbuat sesukamu, tapi bukan berarti kau boleh melakukan hal ini" baru kali ini semua orang yang berada di kelas mendengar teriakkan Kim Jongin, pasalnya pemuda tersebut lebih suka diam atau tidak berbicara seperlunya saja. Mungkin Sehun benar-benar keterlaluan hingga Jongin marah seperti itu.
Dalam posisinya yang masih terduduk di lantai, Sehun tanpa sadar menangis sambil menatap wajah Jongin yang terlihat murka. Begitu ia bisa menguasai dirinya sendiri, Sehun bergegas berlari meninggalkan kelas tanpa menoleh ke belakang, dimana teman-temannya sibuk meneriakkan namanya. Jongin masih terdiam di depan pintu, tubuhnya seolah kaku untuk di gerakkan ketika melihat wajah Sehun yang begitu terluka. Seharusnya ia tak perlu memikirkannya mengingat Sehun yang memulai kekacauan ini, tapi Jongin benar-benar tak senang melihat Sehun yang menangis bukan tertawa bodoh seperti biasanya.
"Setelah ini Sehun pasti menderita sakit kepala hebat" ucapan Suho mau tak mau sampai juga di telinga Jongin
"Mengapa begitu?" Taehyung dan yang lain Nampak penasaran dengan ucapan Suho hingga tanpa sadar mereka mendekati pemuda pendek tersebut
"Sehun selalu begitu kalau punya masalah, ia akan memikirkannya hingga satu atau dua jam ke depan dan setelahnya ia akan merasakan sakit kepala hebat"
"Apa itu membahayakan Sehun?"
"Kurasa tidak, ia hanya perlu minum obat sakit kepala biasa lalu tidur, dan ketika bangun...Voilaaaa...ia akan melupakan masalahnya"
"Kau benar-benar mengerti Sehun"
"Sehun sudah seperti adikku sendiri" ucap Suho sambil melirik ke luar jendela dan memfokuskan matanya pada sosok yang tengah duduk bersandar di bawah pohon "Lebih baik aku mencarikannya obat sakit kepala"
...
Seorang namja lain tengah berjalan pelan mendekati tubuh Sehun yang tengah bersandar di pohon, matanya memperhatikan Sehun yang terlelap tapi tak terlihat nyaman dalam tidurnya. Tubuh tinggi itu berjongkok agar tingginya sama dengan posisi Sehun sekarang, satu tanganya terangkat dan membuka telapak tangan Sehun yang tadinya menggenggam, kemudian ia menaruh sebuah obat sakit kepala dalam genggaman tersebut kemudian beranjak pergi tanpa ada niatan membangunkan namja manis yang sedang tertidur itu.
Setengah jam kemudian Sehun terbangun dari tidurnya, kepalanya masih terasa amat pusing tapi ia malah tersenyum, tersenyum karena melihat obat sakit kepala sudah berada di tangannya, ia hanya memandang obat tersebut dan berniat mengucapkan terimakasih pada orang yang telah memberikan obat sakit kepala itu, dan ia sangat yakin bahwa orang yang ada dipikirannya lah yang memberikannya.
Sehun berlari ke kantin untuk membeli air mineral sebelum masuk ke dalam kelas, mana sanggup ia meminum obat sakit kepala tanpa air, bisa-bisa ia pingsan sebelum menelan obat tersebut karena ia tak tahan dengan rasa pahit. Ia tahu, bahkan ia sangat tahu kalau dirinya sudah terlambat sekitar satu jam pelajaran karena ketiduran, tapi ia yakin bahwa Hyung kesayangannya akan membantu memberikan alasan yang bisa di nalar pada Saem.
"Bukankah kau sedang sakit? Kenapa tak tidur saja di ruang kesehatan?" Tanya Jin Saem begitu Sehun selesai mengetuk pintu
"Aku sudah cukup baikan Saem, jadi bolehkah aku ikut kelas sekarang?" dan Jin Saem hanya bisa mengangguk mempersilahkan Sehun untuk mengikuti kelasnya, ia cukup kagum bahwa masih ada murid yang rela ikut kelasnya dari pada di UKS dengan alasan sakit, meskipun Sehun telat satu jam pelajarannya tapi ia cukup maklum.
"Apa kau sudah sembuh?" Tanya Suho pelan sambil menoleh kebelakang tepat dimana Sehun duduk
"Sudah, berkat obat dari mu Hyung. Gommawo" Sehun terlanjur memberikan Senyum terbaiknya pada Suho, padahal Suho akan menjawab lain
"Bukan aku yang memberikannya, aku bahkan masih memegang obat sakit kepala yang akan kuberikan padamu. Lihat!" Suho menunjukkan obat yang ia keluarkan dari sakunya, Sehun juga ikut mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Mereka berdua saling bertatapan karena melihat merk obat yang berbeda, jadi bukan Suho yang memberikannya? Lalu siapa?. Sehun tiba-tiba menoleh ke arah Jongin, namun ia dengan cepat menggelangkan kepala begitu terlintas bahwa Jongin yang memberikan obat tersebut, itu tak mungkin, rasanya terlalu mustahil mengingat Jongin sedang marah padanya.
...
Seminggu berlalu semenjak Sehun tak berani menganggu bahkan untuk sekedar menyapa Jongin, mentalnya yang seperti jendral perang itu tiba-tiba menghilang entah kemana, sifat jahil dan ramainya masih tetap menghiasi hari-hari Sehun selama seminggu, tetapi ia akan langsung diam jika matanya tak sengaja bertubrukan dengan mata Jongin, pada saat itu lah Sehun ingin sekali menenggelamkan dirinya di sungai Han.
"Sehunieee...ayo cepat pulang! Hari akan hujan" Suho terlihat tergesa-gesa memasukkan bukunya ke dalam tas, terlihat sangat ingin cepat pulang ke rumah.
"Myeonieee ayo kita pulang" Oh...sepertinya Suho lebih berniat menghindari seseorang dari pada menghindari hujan yang sebentar lagi akan turun. Terlihat dari gerakannya yang terhenti begitu mendengar suara naga milik Kris Wu, namja yang sudah mengejar-ngejarnya 1 bulan belakangan ini. Wajah Suho mendadak lemas dan matanya menatap Sehun seperti meminta pertolongan, tapi dasarnya Sehun yang tak paham hanya diam dan memasukkan bukunya dengan tenang kemudian meninggalkan kelas serta Suho yang masih diam dibangkunya. Sepertinya Suho memang harus pulang dengan Kris
Sepertinya dugaan Suho benar, baru saja Sehun sampai di halte Bus hujan langsung turun dengan begitu deras, membasahi semua yang tadinya kering. Ia sedikit kesal dengan hujan yang turun kali ini, karena tadi pagi Sehun memang tak berencana membawa payung karena hari amat cerah, dan disinilah ia terdampar sekarang, di halte bus yang dingin dan sendirian. Beruntung sekali Suho dijemput oleh Kris yang setiap harinya membawa mobil ke sekolah, pasti Hyungnya itu tak akan kebasahan sampai di rumah.
Lima belas menit di lalui Sehun dengan rasa bosan, posisinya yang tadi duduk di bangku halte sudah berubah-ubah mungkin sudah sepuluh kali lebih, dan terakhir posisinya saat ini sedang berjongkok di bawah sambil menekuk lututnya, matanya menatap rentetan hujan yang turun tanpa jeda.
Sraaak...Sraak...Sraaaak
Sehun mengalihkan tatapannya kepada seseorang yang membelah hujan dan berjalan mendekat ke arah halte Bus, membuat beberapa air terciprat kemana-mana. Begitu sadar siapa yang sedang berada di dekatnya saat ini, Sehun langsung bungkam dan sebisa mungkin menenggelamkan kepalanya di kedua lutut, terlihat menyedihkan memang tapi ia tak mau mengambil resiko terlihat oleh Jongin. Yah meskipun Jongin dalam sekali pandangpun tahu bahwa tubuh kurus yang sedang berjongkok itu adalah Sehun.
BYUUUUUR
Dengan bodohnya Sehun hanya bisa memandang kosong ke arah jalan yang habis dilewati oleh sebuah mobil hingga air yang menggenang di depannya seketika membasahi hampir seluruh tubuhnya.
"ARGHHHHHHH" ia melupakan rasa malunya dan memilih berteriak memaki mobil sialan yang baru saja melewatinya "Dasar mobil bodooooooh!"
"Kau yang bodoh!" Sehun mendengus kesal karena orang yang tak diajaknya berbicara selama seminggu itu tiba-tiba menyahut dan mengatainya "Tak ada yang menyuruhmu duduk disana kan? Kenapa tak memilih duduk disini saja?" seperti tak mendengarkan ucapan Jongin, Sehun malah berniat pergi meninggalkan halte "Mau kemana kau?"
"Aku mau pulang, badanku sudah basah, sekalian saja hujan-hujanna sampai di rumah" belum sampai Sehun melangkah Jongin sudah menarik lengannya dari belakang
"Aku ikut pulang denganmu" setelahnya Jongin menarik lengan Sehun, menyelipkan jari-jarinya di antara jari-jari milik pemuda putih tersebut kemudian berlari kea rah apartement Sehun. Diam-diam Sehun tersenyum diantara rasa bingung dan tidak percayanya, apa ini berarti Jongin sudah memaafkannya?
Layaknya dalam kisah-kisah di sinetron, mereka membelah hujan di iringi sebuah senyuman yang tak luntur dari bibir keduanya. Jongin juga tersenyum, perasaanya mendadak lega dan tenang saat menggenggam tangan Sehun, padahal beberapa hari ini pikirannya tak fokus sama sekali. Seperti remaja yang dilanda asmara Sehun berkali-kali memperhatikan tangannya yang digenggam erat oleh Jongin serta wajah Jongin yang begitu tampan jika dilihat dari samping, apalagi hujan membuat kesan keren pada namja disampingnya.
"Jangan menatapku! Perhatikan saja jalanmu!" dikatai seperti itu, Sehun tiba-tiba hilang keseimbangan dan malah jatuh tepat di atas jalan yang berlubang. Jongin yang merasa tangannya tertarik segera melihat ke belakang dan membantu Sehun untuk bangun, meskipun keduanya sudah basah sedari tadi, tapi setidaknya tidak membuat keadaan mereka semakin parah.
"Kau bodoh!"
"Memang" dan Sehun menghamburkan dirinya ke dalam pelukan Jongin, ia tak tahu kenapa ia melakukannya yang Sehun tahu, pada saat itulah ia ingin sekali memeluk Jongin, seperti melepaskan rasa rindu yang sudah menumpuk.
Karena merasa cukup dengan aksi berlari di tengah hujan merekapun mengakhirinya, lagipula Sehun dan Jongin sudah berada di depan apartement Sehun, kelihatannya si pucat itu sedang kebingungan mencari kunci apartementnya karena tangannya terus gemetar. Jongin yang melihatnya menarik ransel Sehun dan memasukkan tangannya, mencoba menacari keberadaan kunci tersebut, begitu kuncinya sudah ketemu Sehun langsung merebutnya membuka pintu dengan tergesa-gesa dan berlari ke arah kamar mandi.
"Arghhhhhh ini dingiiiiin" ternyata Sehun langsung menyalakan Shower dan mandi, ia tak mau sakit karena kehujanan "Jongiiiiin...ambil saja handuk di kamarku! Keringkan dulu rambutmu, nanti kau sakit" mendengar teriakan Sehun yang nampakanya mengkhawatirkan keadaan Jongin, membuat Jongin tersenyum sambil melangkahkan kakinya ke kamar Sehun. Jongin hendak keluar kamar Sehun dengan handuk kering di kepalanya, namun langkahnya terhenti begitu melihat banyak kertas warna warni tertempel di depan pintu kamar, ia membacanya sebentar dan tersenyum melihat berbagai tulisan Sehun, ada kertas berisi biodatanya, hobinya, lagu kesukaannya, hingga imipiannya. Jongin tahu bahwa Sehun memang berbeda dengan teman-temannya yang lain.
"Jongin cepatlah mandi! Aku akan mengambilkan bajuku untukmu, tunggu sebentar" Jongin tak mengucapkan sepatah katapun tapi Sehun sudah tanggap dan mengambil keputusan sendiri.
Selama Jongin berada di dalam kamar mandi, Sehun sedang asyik menonton TV dengan handuk yang masih menggantung di lehernya. Acara yang ia tonton saat ini adalah sebuah program music, yang kebanyakan menampilkan Boyband atau Girl band dari negeri gingseng tersebut, karena merasa kedinginan Sehun berdiri dan tiba-tiba menggerakkan tubuhnya sesuai dengan apa yang ia lihat di layar TV. Gerakannya cukup lincah, apalagi tak ada yang salah dengan gerakan tubuhnya hampir sama dengan yang di TV.
Sehun tak sadar jika Jongin tengah berdiri di depan pintu kamar mandi sambil memperhatikannya menari, pemuda Tan tersebut cukup terkejut karena Sehun si ceria itu bisa melakukan banyak hal termasuk menari, hal yang juga disenanginya.
"Kau bisa menari?" hampir saja lututnya menabrak meja karena suara Jongin yang tiba-tiba masuk ke dalam pendengarannya.
"A-aku...aku hanya bisa meniru...hehehe" Jongin sudah berdiri di dampingnya dan mulai menggerakkan tubuhnya mengikuti irama lagu tanpa meniru gerakkan yang ada di layar kaca. Sehun yang melihatnya merasa sangat bersemangat hingga tanpa sadar ia meniru gerakkan Jongin. Mereka berdua menari dalam diam, tapi senyum keduanya tak pernah hilang. Jongin yang bisa menari dengan bebas, sedangkan Sehun meniru gerakkan Jongin dengan bagus, kolaborasi yang hebat bukan?
"Aku lelaaaaah" keluh Sehun yang sudah menjatuhkan tubuhnya ke atas Sofa, membiarkan matanya tertutup sejenak sambil mencoba menetralkan nafas.
"Aku juga" Jongin mengikuti Sehun berbaring di atas sofa
"Aku tak tahu bahwa menari bisa semenyenangkan ini" Jongin diam-diam memandangi wajah Sehun, jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat ketika melihat senyuman itu
"Ke-kenapa memandangiku seperti itu?" Tanya Sehun gugup. Tak ada satupun jawaban yang keluar dari bibir tebal milik Jongin, ia hanya mendekatkan tubuhnya ke arah Sehun mendaratkan sebuah ciuman yang hangat disana, perlahan tapi pasti Jongin menggerakkan bibirnya, membuat bibir tipis milik Sehun terlumat dibibirnya. Rasanya sungguh dahsayat, bahkan Jongin tak pernah merasakan yang seperti ini, bibir Sehun terlalu nikmat untuk dilepaskan, jadi ia kembali melumat lebih dalam. Ia lebih suka seperti itu dari pada harus memsukkan lidahnya ke dalam mulut Sehun, bibir Sehun sudah terlampau nikmat baginya. Sehun mencengkram kerah baju milik Jongin, ia tak bisa melakukan apapun selain membalas lumatan-lumatan yang diberikan Jongin padanya, bahkan sekarang ia sudah menutup matanya dan semakin mendekat ke tubuh Jongin karena pinggangnya di tarik ke depan.
...
Liburan awal musim gugur itu akan digunakan oleh Sehun untuk pulang ke Busan tempat tinggalnya, ia sudah sangat rindu dengan Appa dan Dongsaengnya. Tapi rencana itu gagal dan Sehun kembali ke Seoul untuk tinggal di apartement selama liburan, bahkan belum sehari ia di rumah tapi siang hari ia sudah melarikan diri dan kembali. Dongsaengnya yang bernama Oh Luhan bahkan menangis melihat Sehun pergi ke Seoul.
Saat ini dirinya tengah berada di sebuah bangku pinggir jalan, duduk termenung di hari yang mulai Dingin itu.
"Hanya rang bodoh yang melalui liburan musim gugur dengan duduk dipinggir jalan seperti ini" Sehun menengok untuk mencari sumber suara, ia bahkan ingin menangis sekarang begitu yang dilihatnya adalah Jongin. Ia memang sedih tapi ia tak mengerti mengapa disaat seperti ini ia ingin menangis "Harusnya kau pulang ke rumah dan menghabiskan waktumu bersama keluarga"
Sehun tiba-tiba berdiri dan berjalan mendekat kea rah Jongin dengan kepala tertunduk, mungkin Sehun marah karena Jongin mengatainya maka dari itu Sehun ingin memukulnya sekarang.
GREB
"Huwaaaaaaaa...hiks...hiks" untung saja jalanan lumayan sepi sehingga tak banyak orang yang memperhatikan dimana Sehun memeluk Jongin, setelahnya ia menangis begitu kencang sambil mengusak-ngusakkan kepalanya di leher milik Jongin.
"Ke-kenapa kau menangis?" jantungnya berdetak dengan kencangpun Jonginpun tak tahu pasti apa penyebabnya, yang ia tahu sekarang tangannya tengah balas memeluk Sehun, mengelus punggung itu dengan pelan agar pemiliknya berhenti menangis. Bukankah tidak biasa jika Sehun yang biasanya tertawa saat melihat soal matematika yang sulit kini menangis meraung-raung seperti anak kecil.
"Apa kau mau Bubble tea?" Sehun menggeleng. Biasanya Sehun tak bisa menolak minuman tersebut jika ditawari, ia sendiri yang mengatakannya dengan lantang di depan kelas waktu itu, tapi kali ini Bubble tea bukan menjadi hal yang penting. Jongin sangat penasaran dengan hal yang menyebabkan Sehun seperti ini, apa karena ucapannya tadi "Kau mau kuantar pulang?" Sehun menggeleng, lagi.
"Aku mau begini sebentar saja?" Jongin menangkap bahwa Sehun ingin dipeluk seperti ini sebentar lagi, jadi ia hanya membiarkan Sehun membasahi bahunya "Aku mau pulang, tapi ke rumahmu" berkat perkataan Sehun, Jongin kini melepaskan pelukannya.
"Kau pulanglah sendiri! Aku pergi"
"Huwaaaaa...Jongin jahat padaku...huwaaaaa...eommma...eommmma"
"Ya...Ya...pulang saja ke rumah eommamu sana!"
"Eomma mengusirku dari rumah...hiks" Sehun kembali menarik lengan Jongin untuk di peluk, mencoba mencari pegangan. Jongin berpikir sebentar, mengingat bahwa Sehun tinggal di aprtement sendirian lalu bagaimanamungkin eomma-nya mengusir Sehun?. Atau dia pulang ke rumah dan setelah itu dia diusir kemudian berakhirlah si bodoh itu di taman ini sambil menangis, sialnya dia malah mengatai Sehun tentang hal tersebut.
"Baiklah, ayo pulang ke rumahku" dari gayanya Sehun terlihat mencoba berhenti menangis, mungkin Jongin tak suka teman yang cengeng sehingga ia matia-matian menghentikkan tangisannya, susah memang karena ia masih mau menangis dalam waktu yang saaaaaaangat lama.
...
"Aku memang memperbolehkanmu untuk menari, tapi kau jangan melupakan tugas utamamu yaitu belajar. Sekarang kau sudah berani membawa temanmu kemari" Jongin hanya bisa diam tanpa melawan semua perkataan appa-nya, selalu begitu setiap Appa-nya memberikan nasihatinilah yang ia takutkan ketika tadi Sehun memohon padanya untuk diajak pulang ke rumah, Appa-nya pasti marah. Selama ini memang Jongin tak pernah membawa temannya untuk berkunjung, baru Sehun yang pertama kali, entah kenapa ia tak bisa menolok rajukan Sehun yang tak sepenuhnya merajuk itu.
"Bisakah aku kembali ke kamarku, aku akan membawanya pergi dari sini" belum sempat tuan Kim menjawab penawaran putranya, Jongin sudah terlebih dahulu membungkuk dan berlalu pergi begitu saja dari ruangan appa-nya.
"Sebaiknya antarkan aku pulang sekarang" Sehun terlihat gelisah, dan ia mengucapkannya ketika Jongin baru saja membuka pintu.
"Bagaimana kalau kita jalan-jalan sebentar?" hanya senyum bercampur kegelisahan yang bisa diberikan Sehun saat ini. Perasaanya menjadi tak tenang ketika Jongin dipanggil Appa-nya, ada yang terlihat aneh dengan kedua orang tersebut, terasa begitu kaku. Sehun tahu keadaan seperti ini, ia sangat terbiasa jadi ia bisa merasakan bagaimana perasaan Jongin sekarang.
Mereka berdua menyusuri jalanan yang terasa begitu dingin ketika angina berhembus kencang melewati mereka. Sesekali Sehun mengeratkan genggaman pada jemari Jongin saat ia tak bisa menahan rasa dingin yang menerpanya, seperti saat ini. Jongin yang berkali-kali merasa genggaman Sehun semakin kuat akhirnya menoleh ke arah Sehun, membenarkan letak jaket panjangnya yang tidak terkancing sehingga Sehun bisa lebih hangat sekarang.
"Gommawo"
"Ya...Oh Sehun!" Sehun menoleh, disana ia mendapati Taehyung yang sedang menyeret seorang pria agar ikut mendekat padanya "Eeeee...diam-diam ternyata kalian pergi kencan ya..." jelas sekali kalimat tersebut ditujukan untuk Sehun dan Jongin, apalagi Taehyung semakin curiga ketika melihat mereka bergandengan tangan.
"Jangan berkata sembarangan, kau sendiri juga pergi berkencan"
"Tentu saja kami pergi berkencan, dia kan kekasihku Kim Seok Jin. Memangnya kalian pergi berkencan tapi tak mau mengaku. Akan kuceritakan ini pada teman-teman" Sehun baru ingat kalau temannya Kim Taehyung ini juga tak kalah jail seperti dirinya, sebuah kesialan bertemu dengan Taehyun dalam keadaan seperti ini, untung saja liburan musim gugur masih lama, ia hanya bisa berharap kalau Taehyun lupa dan tak menceritakan kejadian ini pada teman-teman sekelasnya.
"Tae...Tae...kau kenapa jahat sekali pada temanmu? Maafkan Tae Tae ya...dia memang usil dan masih bertingkah seperti anak kecil" orang yang bernama Kim Seok Jin tadi membungkuk untuk meminta maaf pada Sehun dan Jongin atas kelakuan kekasihnya
"Lihatlah Kim Taehyung! Kau sangat beruntung mendapatkan kekasih sebaik dia" Taehyun semakin memanyunkan bibirnya mendengar kalimat Sehun barusan
"Kau saja yang tidak beruntung memiliki kekasih pendiam seperti Jongin...Bweeeek" dan Kim Taehyun menyeret kekasihnya untuk diajak berlari sebelum Sehun membombardirnya dengan seribu makian .
"Kalian berdua terlihat seperti bocah SD yang sedang bertengkar"
"Memangnya ada bocah SD setinggi aku? Kau payah"
"Bagaimana kalau kita membeli Bubble Tea saja"
...
"Jadi kau memaksa tidur di apartementku?" Sehun melirik Jongin yang masih berdiri mematung di depan pintu apartement yang baru di buka olehnya. Yang ditanyai hanya mengangkat bahu, seakan tak membutuhkan tumpangan untuk malam ini, Jongin memang tidak kabur ia hanya malas pulang kerumah "Memohonlah padaku!" tentu saja Jongin tak akan melakukan hal tersebut, terakhir kali ia memohon adalah ketika berada di Sekolah Dasar, itupun pada orang tuanya. Jongin memilih berbalik untuk meninggalkan Sehun dan permintaan konyolnya.
"Isshhhh...aku hanya bercanda, cepat masuk! Diluar mulai dingin" Jongin hanya mengikuti Sehun yang sudah menarik tangannya terlebih dahulu "Kau mandilah dulu, aku masih malas" dengan bodohnya Jongin menuruti ucapan Sehun dan masuk ke dalam kamar mandi, namun setelahnya dia bingung karena ia juga sedang tak berniat untuk mandi. Namun saat ia ingin keluar, suara Sehun membuatnya berhenti memutar knop pintu.
"Mianhe Appa...aku sebenarnya juga merindukan appa, tapi eomma mengusirku"
TBC
Seharusnya ini oneshoot, tapi g kuat nerusinnya jadinya twoshoot ajah. Ahhh kangen udah lama nggak bikin pairing