Chocolaput

Cokelat dan Siput

Itu sebuah nama pemberian sahabatku di suatu siang yang terik. Semuanya berawal dari candaan dan semua yang kuingat adalah serpih-serpih tawa. Ingatan bahagia yang membentang sehingga kita bisa mencipta patronus tanpa perlu mengucap mantra. Nama yang singkat dan sangat manis sehingga aku tak yakin lagi apakah gula masih memiliki rasa yang sama.

Kuceritakan soal kawanku. Kami memiliki nama yang hampir sama, sehingga ketika dipanggil kami sering salah mengartikannya. Satu-satunya orang yang mampu mengimbangi cara berpikir gilaku. Dan sempat kami tertawa dan menangis bersama. Entah soal kehidupan nyata atau sebab dunia cerita, kami mengalaminya. Dan pada hari dia memberiku nama seindah itu, pada saat itulah aku tahu bahwa aku begitu menyayanginya dan berterimakasih kepadanya.

Jika Peeta Mellark belum pernah melukis pelangi, maka aku bisa melakukannya hanya dengan kehadirannya.

Dan aku mungkin akan mencoba bicara pada Percy, yang telah menyampaikan salam untuk matahari dan bintang-bintang, bahwa aku juga ingin menyelipkan salam untuknya. Agar harinya menjadi sempurna dan seluruh berkah melingkupinya. Agar dia senantiasa yakin, bahwa ada aku disini yang menanti kapan kita bisa tertawa bersama kembali.

Cerita-cerita disini dutulis berdasarkan prinsip "Jika kita tidak bisa mewujudkannya dalam fakta, maka biarkan aku mengabadikannya dalam fiksi."

Seperti itulah.